0 komentar

Bagaimana Mengembangkan Bakat Anak Sejak Dini



Sejauh mana bakat anak dapat terwujud, tergantung pada beberapa faktor pribadi, seperti minat, motivasi, nilai, kepribadian, dan faktor lingkungan seperti pengalaman dan kesempatan pendidikan.
Sebagai orangtua, kita tentu memiliki harapan yang besar pada anak dalam berbagai aspek kehidupannya. Termasuk misalnya, keberhasilan di sekolah maupun luar sekolah. Beberapa orangtua memisahkan kedua hal tersebut, meskipun sejatinya keduanya sama-sama berkontribusi pada masa depan dan arah karier anak nanti.
Keberhasilan anak dalam hal apapun, termasuk dalam pengembangan bakat anak, tentu tidak lepas dari bagaimana kita sebagai orangtua membekali anak dalam menemukan fokus belajarnya dan menekuni bidang pilihannya.
Namun kita juga seringkali dilanda kebingungan dalam memfasilitasi belajar anak. Pertanyaan seperti “Apakah saya harus mengikutkan anak dalam kursus?” atau keraguan semacam “IQ anak saya hanya rata-rata saja, tidak seperti teman-temannya,” seringkali menghantui benak kita.
Demi keberhasilan anak nanti, kita rela melakukan apapun – bahkan secara tidak sadar melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak disukai anak. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan bakat anak sejak dini:
  • Orangtua sendiri perlu menunjukkan minat terhadap bidang kegiatan tertentu, mempunyai hobi, senang membaca, dan menyediakan bahan bacaan yang cukup dan beragam.
  • Menciptakan lingkungan rumah yang baik. Tempat orangtua berperan serta dalam kegaitan intelektual, atau dalam permainan yang meningkatkan daya pikir anak.
  • Menyempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan anak dengan sungguh-sungguh. Kalau belum dapat menjawab pertanyaan anak, sebaiknya mengajak anak itu untuk mencari jawaban bersama-sama.
  • Mengajak anak mengunjungi museum, perpustakaan, tempat bersejarah, pusat kebudayaan atau kesenian. Beri mereka kesempatan bertemu dengan orang lain yang mempunyai keahlian atau keterampilan tertentu.
  • Memberi kesempatan kepada anak agar melakukan sesuatu sendiri, untuk memupuk kemandirian, kepercayaan diri dan rasa tanggung jawab.
Pendiri Intrinsic Institute, Dr. Brian Davidson, adalah salah satu orang yang menaruh perhatian pada tema ini. Sebagai seorang guru pula, ia tertarik untuk menjawab pertanyaan tentang apa bekal penting yang harus dimiliki murid-muridnya untuk berhasil dalam studinya.
Alih-alih fokus pada faktor-faktor yang secara umum kita kenal dapat memicu keberhasilan anak, seperti IQ dan kemampuan kognitif, ia justru mengungkapkan bahwa banyak kemampuan non-kognitif yang patut menjadi bekal anak.
Misalnya, ia menunjukkan hasil penelitian Angela Duckworth dan Martin Seligman bahwa disiplin diri dua kali lebih baik ketimbang IQ dalam memprediksi keberhasilan akademik seorang anak. Ini seperti banyak kasus yang sering kita dengar – anaknya tidak terlihat pintar, namun karena dia tekun, sang anak lalu jadi terampil di bidang bakat yang ditekuni.
Apa sih kemampuan non-kognitif yang dimaksud oleh Dr. Brian? Yang dimaksud adalah berbagai bekal yang berkontribusi dalam pengembangan bakat anak, yang sulit diukur dalam berbagai tes, termasuk tes IQ. Ketekunan belajar, pantang menyerah, growth mindset yang akhir-akhir ini kita sering dengar, kemampuan untuk bangkit dari kegagalan, jelas lebih sulit diukur dalam berbagai tes kecerdasan.

Namun tes kecerdasan maupun ujian lebih sering dijadikan patokan dalam menentukan “nasib” anak. Paradigma ini pula yang menyebabkan kita seringkali lebih fokus pada hasil ketimbang proses belajar.
Padahal, proses belajar dan pengembangan bakat anak seringkali akrab dengan tantangan, hambatan, dan kegagalan. Namun sistem persekolahan misalnya, membuat kita malu melihat seorang anak tidak naik kelas, meskipun hal tersebut mungkin menjadi pembelajaran yang berharga bagi anak.
Itu sebabnya, selain membekali diri dengan konten belajar – membaca, berhitung, menulis, memasak, atau bakat apapun yang ditekuni anak – anak perlu belajar dan membekali dirinya dengan berbagai kemampuan non-kognitif yang telah disebutkan di atas.
Misalnya, anak yang sering juara lomba melukis, lalu kemudian tidak mendapat juara di lomba berikutnya, mungkin merasa kecewa. Hidup memang bukan hanya perlombaan, namun perlombaan juga menjadi bagian dari hidup dan pengembangan bakat anak.
Dalam kejadian ini, ayah ibu bisa mengobrol dengan anak tentang bagaimana bangkit dari kegagalan. Atau sebaliknya, anak yang tidak pernah dapat juara lomba melukis pun bisa belajar bagaimana menumbuhkan sikap pantang menyerah. Tidak dapat juara bukan berarti anak harus berhenti melukis, bukan?

Namun perlu diingat bahwa orangtua harus dapat membedakan antara tindakan “memberi perhatian dan kesempatan mewujudkan bakat” dengan tindakan “memaksa anak untuk berprestasi.” Bakat seorang anak bukan sesuatu yang siap jadi, tetapi diperoleh dari, dan ikut dibentuk oleh lingkungan.
Semoga bermanfaat.
read more
0 komentar

Bagaimana Membentuk Karakter Mandiri Pada Anak




Pada permasalahan kali ini kita akan membahas tentang anak yang manja dan kurang mandiri. Seringkali orangtua mengeluh kepada saya “Aduh anak saya ini kurang mandiri, bagaimana caranya supaya dia bisa mandiri? Sepertinya dia ini terlalu manja, saya dulu dibesarkan orangtua dengan ekonomi yang pas-pasan, dan akhirnya saya jadi berjuang sendiri untuk melakukan segala sesuatu. Anak saya ini sepertinya terlalu enak.”
Biasanya ketika orangtua mulai mengeluhkan hal seperti itu, kami hanya berbalik menanyakan kepada mereka. “Sebenarnya anda sudah tahu kan jawabannya harus bagaimana?”, “Lho maksud anda bagaimana?” Mereka balik bertanya.
“Tadi ibu sudah mengatakan bahwa ketika anda dulu dibesarkan secara pas-pasan dan anda harus melakukannya semua sendiri. Anak anda sekarang terlalu nyaman karena semua sudah anda sediakan. Justru disanalah letak permasalahannya, anda menyediakan segala sesuatunya bagi anak anda tanpa membuat dia berjuang.
Anda sudah tahu permasalahannya tetapi anda masih lakukan. “Tetapi bagaimana lagi, kan kasihan? Daripada dia repot-repot.” Justru itulah permasalahannya, kita tidak mau membuat anak kita repot. Sebenarnya itu untuk latihan yang perlu di jalaninya agar dia bisa mengembangkan dirinya.

Anak-anak yang kurang mandiri dan manja, adalah anak-anak yang tidak mengembangkan otonominya. Orangtua perlu tahu bahwa pada satu tahap perkembangan anak, mereka mempunyai sebuah tahap dimana mereka ingin otonomi lebih besar.
Ini dimulai ketika mereka berusia 2 atau 3 tahun. Anak ingin melakukan sesuatu saat itu. Tetapi biasanya kita sebagai orangtua terkadang terlalu melindungi anak. Ketika dia ingin memanjat kursi, kita larang dia, “Jangan, nanti jatuh”. Ketika dia memegang sesuatu tidak kita perbolehkan karena takut pecah dan lain sebagainya.
Nah, akhirnya anak ini menjadi pasif dan hanya menunggu apa yang kita berikan, atau apa yang diberikan oleh pengasuhnya. Ketika hal ini terjadi bertahun-tahun maka kita sudah mulai membentuk sebuah pola dalam diri anak kita, untuk menjadi pasif dan tidak mandiri. Cobalah anda memberikan sebuah latihan agar anak-anak mengerjakan sendiri.
Jika anda mempunyai anak yang sudah menginjak kelas 1 SD, sebaiknya jangan bawakan tasnya ketika dia turun dari mobil. Anda mungkin berpendapat, “Saya kan harus berangkat kerja, kalau harus menunggu dia akan lama sekali.” Hal seperti itu tidak boleh dilakukan.
Anda bisa berangkat lebih awal jika anda tahu itu akan membuat anda terlambat, dan biarkan dia membawa tasnya sendiri masuk ke kelasnya. Jangan hanya karena kita tidak mau repot akhirnya kita yang membawakan tasnya masuk ke kelas. Itulah hal-hal kecil yang membuat anak anda jadi kurang mandiri.

Jika dia sudah bisa mengembalikan piring yang dia gunakan untuk makan ke tempat cucian, biar dia melakukannya. “Loh, kalau begitu apa gunanya pembantu yang saya bayar?” Justru itulah masalahnya, anda tidak memberikan kesempatan anak anda untuk mengembangkan dirinya.
Semua itu perlu latihan. Anda tidak bisa membuat seorang anak mandiri tanpa sebuah proses. Sama seperti ketika dulu kita dibesarkan oleh kondisi susah payah oleh orangtua kita. Saat itu orangtua kita mungkin tidak sengaja melakukan hal tersebut pada kita.
Bahkan mungkin mereka merasa bersalah karena tidak bisa melayani kita sebaik mungkin. Tetapi justru itulah yang ternyata baik bagi perkembangan kita. Kita akhirnya menjadi seorang yang mandiri, dan kemudian ketika kita sekarang sudah menjadi orang yang berhasil, kita tidak mau melakukan itu kepada anak kita dengan alasan kasian.
Inilah permasalahannya, kita harus melatih anak kita untuk memiliki karakter mandiri. Kita harus memberikan kesempatan pada mereka seluas-luasnya untuk mengembangkan diri dengan mengerjakan banyak hal kecil-kecil yang sangat berguna bagi perkembangan karakternya.
Ketika seorang anak mengembalikan piring makan di tempatnya, mengangkat tasnya sendiri, mengembalikan sepatunya pada saat dia telah selesai pakai, atau melakukan kegiatan-kegiatan kecil maka si anak akan merasakan sebuah harga diri yang positif. Dia akan merasa bahwa dirinya sejajar dengan orang dewasa yang melakukan hal-hal tersebut.

Ini akan membuat percaya dirinya melambung tinggi. Oleh karena itu berikanlah kesempatan ini pada anak-anak anda. Anda tidak akan pernah kecewa melihat mereka bertumbuh dan berkembang dengan semangat kemandirian ketika mereka mulai menginjak masa-masa remaja.
Jadi pastikanlah memberi suatu kesempatan pada anak anda untuk melakukan apa yang dia telah mampu lakukan. Itulah kunci untuk membantu seorang anak memiliki karakter mandiri, percaya diri, dan mampu mengerjakan segala sesuatu dengan tanggung jawab penuh.
Semoga bermanfaat.
read more
0 komentar

Bagaimana Mengatasi Kecanduan Game Pada Anak



Coba, pernahkah kita bertanya secara spesifik kenapa anak dan remaja bahkan orang dewasa kecanduan game? Mungkin jawaban sederhananya adalah game itu mengasyikan dan seru-seru model permainannya. Sekilas jawabannya baik dan masuk akal. Tetapi yang berkembang belakangan ini game sudah lebih jauh dari sekedar seru dan asyik. Ada apa disana dan kenapa lebih asyik? Karena sekarang disana ada kehidupan dan dunianya sendiri, atau mudahnya ada “alamnya” sendiri.
Kita akan pelajari kenapa anak dan remaja begitu kerajingan sesuatu yang namanya game, dan apa dampak bahaya secara psikologis dan masa depan anak bangsa.
Banyak orangtua mengeluh dan sudah tidak berkutik jika anaknya sudah nyandu yang satu ini. Disatu sisi orangtua juga ada enaknya, pada saat anak mereka main game mereka memilki waktu untuk diri sendiri dan seakan bisa bebas dari tugas dan rutinitas terhadap konsekuensi mengurus tugas anak. Tetapi tahukah bahwa ternyata ada banyak “alam” yang berbahaya di alam game dan itu nikmat bagi anak.
Baiklah kita pahami apa yang terjadi di alam dunia game, di alam ini anda yang bukan siapa-siapa bisa menjadi siapa-siapa. Maksudnya jika anda di dunia nyata anda adalah orang yang biasa, anak yang sekolahnya bermasalah dan kehidupan di dunia nyata bermasalah, bisa berubah total jika anda memainkan peran di alam Game. Misal anak anda yang sekolahnya bermasalah dengan nilai dan sikapnya, bisa saja di alam gamenya dia adalah seorang jagoan yang banyak menolong orang dan kuat serta dihargai. Dan ini bertolak belakang dengan dunia nyatanya bukan? Bahkan di dalam alam game atau dunia gamenya dia adalah seorang raja yang dihormati dan memilii banyak sekali kekayaan dan semua perintah dan keinginannya dapat dituruti.

Anak merasa bukan siapa-siapa di dunia nyata, tetapi dia adalah “Raja” atau orang yang berkuasa di alam gamenya. Dan ini nikmat baginya karena penghargaan dan penerimaan benar-benar dirasakan di alam game tersebut. Sedangkan di dunia nyatanya, dia tidak dihargai dan berbagai label tentang anak yang negatif sudah menumpuk pada dirinya. Mereka yang seakan menjadi pecundang di dunia nyata dan anak yang di “sia-sia”, bisa menjadi juara sejati di alam yang berbeda. Mereka mendapatkan penghargaan dan diterima, di elu-elukan merasa dibutuhkan, diinginkan dan itu semua berbeda dengan dunia yang nyata dalam kehidupannya. Paham bukan? Kenapa anak dan remaja bisa kecanduan game?
Sebagai orangtua atau pemerhati tumbuh kembang anak ada baiknya kita memahami hal ini dan memberikan perlakuan yang berbeda kepada anak kita, terima dia apa adanya dan bantulah agar berprestasi dan buat dia menjadi anak yang luar biasa hebat dalam bidang yang dia sukai. Jika kita tidak mengambil tanggung jawab kita, maka sudah ada yang bisa mengambil alih dan kita tahu itulah game dan berbagai media sejenis yang siap menjadi guru dan pengaruh dalam kehidupannya.

Coba perhatikan, didalam permainan game sekarang ini sudah sangat memperhatikan banyak sisi psiokologis manusia, jelaslah karena pasar mereka adalah manusia. Tetapi yang ingin kita bagikan disini adalah mereka jauh lebih bisa mengerti manusia dari pada manusia sendiri kepada sesama manusia. Contoh, jarang sekali atau bahkan tidak pernah ditemukan di dalam dunia game ada kecaman dan makian saat seorang anak gagal memainkannya, yang ada adalah kata “coba lagi, ingin melanjutkan, dan sejenisnya” bandingkan dalam keseharian seorang anak atau kita orang dewasa, salah baru sekali atau dua kali sudah di cap tidak bisa dan tidak becus. Dan label atau cap tersebut melekat di benak kita dan anak kita yang artinya selamanya, padahal yang kita butuhkan hanyalah latihan dan pembiasaan, karena kita belum tahu dan mengerti. Di game tidak ada aturan seperti itu, mereka jauh lebih mengerti dan sabar daripada kita sesama manusia.
Game juga mengatasi banyak hal dalam kehidupan, beberapa waktu lalu ada seorang rekan yang setiap hari kecanduan game karena kesepian dan sulit berkomunikasi dengan keluarganya. Dia akhirmnya bermain game bertema peternakan yang “mengikatnya”, setiap hari Ipad nya akan mengeluarkan bunyi suara sapi, jika belum diberi makan, dan dia bisa mengangapnya nyata “kasian belum makan sapi-sapiku” dan ada jam-jam tertentu dimana dia harus konsentrasi dengan gamenya tanpa boleh diganggu. Seakan-akan hidupnya seperti seorang profesional yang sibuk namun, hanya memberi makan sapi di gamenya, diceritakan sendiri kesehariannya dan kekonyolannya dengan terbahak-bahak.

Nah, anda sudah tahu permasalahannya, lalu bagaimana mengatasinya? Ada 5 tips yang akan kami bagikan dan bisa anda praktekkan dalam keseharian anda dan anak anda.
  1. Sediakan waktu dan kebersamaan dengan anak lebih banyak, menemani anak di rumah. Jika Anda sangat sibuk, aturlah sedemikian rupa. Anggap saja anak anda sedang “sakit” dan perlu ditemani.
  2. Mengembangkan cara berkomunikasi yang lebih enak dan nyambung dengan anak.
  3. Berusaha memahami kebutuhan anak, termasuk bahasa anak. Menyelami game-game yang dimainkan supaya bisa menjadi pintu masuk anda bicara dengan anak.
  4. Rencanakan waktu untuk makan bersama dan rekreasi bersama. Saat ngobrol dengan remaja yang enak adalah saat situasi mereka juga enak, saat makan dan santai.
  5. Jangan bicara apalagi dengan marah-marah kepada anak saat mereka sedang main game. Hal itu justru membuat mereka bertambah terluka. Berusaha bicara dengan menatap anak dengan kasih sayang.
Semoga tulisan dan informasi ini bermanfaat bagi anda dan keluarga tercinta anda. Rebut kembali fungsi utama anda, dan cintai anak dengan sepenuh hati kita.

read more
0 komentar

Macam – Macam Kepribadian Anak



Kali ini kita akan membahas bagian yang tidak kalah pentingnya yaitu bagian tentang kepribadian, inilah dasar dari pembentukan karakter seorang anak. Mengapa kita perlu membahas tentang kepribadian, kepribadian adalah bagian dari diri manusia yang sangat unik dimana kita memiliki kecenderungan yang cukup besar untuk merespon segala sesuatu. Dengan memahami kepribadian anak berarti kita telah menyingkat waktu kita untuk menebak-nebak, berusaha mengerti dan memahami anak kita, kita bisa jauh lebih mudah untuk memahami seseorang anak dengan memperhatikan tipologi kepribadiannya.
Nah dalam artikel kali ini saya akan menggunakan tipelogi kepribadian yang sangat banyak dipakai oleh family terapis, oleh para HRD manager ataupun praktisi-praktisi di sumber daya manusia untuk menganalisa kepribadian seseorang. Kepribadian ini membagi manusia menjadi empat golongan besar yaitu korelis, sanguin, plegmatis dan melankolis.
Koleris mewakili tipe kepribadian yang tegas dan kemudian cenderung untuk memimpin, yah dia adalah seorang pemimpin yang dilahirkan. Pemimpin yang dilahirkan secara alamiah begitulah koleris. Ciri-cirinya To The Point, dia ingin segala sesuatunya cepat dan dilakukan saat itu juga, dia tidak bertele-tele tetapi pada titik ekstrimnya adalah dia bisa menjadi terlalu dominan dan terlalu mengatur, terlalu mengontrol, sehingga orang lain bisa tidak tahan. Dia ingin segala sesuatunya dilakukan dengan sangat cepat kemudian bisa jadi dia lupa beberapa detail-detail tentang hal penting yang harus dilakukan. Itulah tipe kepribadian koleris yang sejati.

Orang koleris akan berpakaian dengan praktis, simple, tidak mementingkan model pakaian tetapi lebih mementingkan fungsi dari pakaian itu. Dan orang koleris biasanya duduknya sangat tegak sekali dan ia berjalan dengan sangat tegak dengan kepala terangkat ke atas. Pada kenyataannya tiap kepribadian itu memiliki kadarnya masing-masing, sangatlah kecil sekali kemungkinannya kita menemukan seseorang yang koleris sejati. Artinya seratus persen koleris sementara di lain-lainnya itu nol semuanya.
Seorang anak yang koleris, biasanya memiliki motivasi yang kuat dari dalam, istilahnya “ku tahu yang ku mau”. Jika ingin mengarahkan mereka, tunjukan keuntungan bagi anak jika mereka melakukan hal tersebut. Misal: “Jika kamu les bahasa inggris maka mudah bagi kamu untuk memahami aturan dari permainan yang sering papa dan kamu lakukan, masih banyak permainan serupa yang bisa kita mainkan”.
Jenis kepribadian yang berikutnya adalah Sanguin. Sanguin adalah orang yang cerah, ceria, bisa mendengar suaranya jauh sebelum melihat orangnya, heboh sekali dan jika memakai pakaian pakaian biasanya berwarna cerah meriah dengan banyak sekali aksesoris, yah sanguin adalah orang yang senang menjadi pusat perhatian. Jika anda datang ke pesta dan melihat satu orang dikelilingi yang lain, bercerita, semua terhibur dan tertawa, maka orang yang bercerita itulah seorang sanguin.

Ya, sanguin adalah pusat perhatian. Jika anda melihat orang sanguin berpakaian cerah warna warni dan banyak aksesoris, dia tidak akan risih dengan itu semua bahkan dia akan suka, karena dengan begitu dia bisa menarik perhatian orang lain. Orang sanguin akan berjalan dengan gayanya yang ceria dan akan menoleh ke kanan kiri dan melempar banyak senyum kepada orang-orang di sekitarnya.
Seorang anak sanguin merupakan anak yang sangat senang sekali bermain dan berkumpul dengan banyak teman-temannya. Senang dengan aktivitas “outdoor” atau kebersamaan yang menyenangkan. Tentu mudah bagi anda menerjemahkan bahasa saya berkaitan dengan anak sanguin.
Tipe koleris dan tipe sanguin adalah tipe yang Ekstrovert, tipe yang terbuka kepada orang. Orang sanguin begitu sangat terbukanya, sehingga bisa cerita tentang banyak hal kepada orang lain dan kemudian bisa dengan mudah melupakannya. Orang sanguin dengan begitu mudahnya melupakan janjinya dan juga dengan begitu mudahnya dia akan langsung minta maaf. Orang koleris tidak akan melakukannya, dia akan gengsi untuk minta maaf kepada kita. Tapi mereka dasarnya adalah orang-orang yang terbuka, orang-orang yang ekstrovert. Berikutnya kita akan membahas bagian kepribadian yang Introvert yang tertutup. Di bagian ini ada dua jenis kepribadian dua tipelogi kepribadian yaitu Melankolis dan Plegmatis.

Melankolis adalah seorang yang rapi, biasanya tulisannya rajin, rapi, lengkap, detail karena itu jika mereka kuliah catatan mereka biasanya akan dipinjam oleh teman-temannya. Dan kemudian dia akan memiliki gaya dandan yang rapi, tidak ada satu helai pun rambut yang tersisir keluar, semuanya rapi seperti diatur pada tempatnya.
Seorang melankolis berpakaian selalu sangat rapi sekali, dimasukkan dan suka warna warna yang memiliki perpaduan warna yang cocok. Jadi tidak akan sembarangan, artinya dia tidak akan memakai bawahan yang berwarna hijau dan kemudian atasnya berwarna kuning cerah. Dia akan mempertimbangkan segala sesuatunya, itulah orang melankolis.
Jika memendam sesuatu bisa dipendam sangat lama, ngambeknya bisa sangat lama sekali, tetapi orang melankolis sangat detail, begitu suka dengan data-data dan fakta-fakta. Yah itulah seorang melankolis. Ia begitu ahli di dalam perencanaan dan ahli di dalam analisa. Ciri-ciri anak melankolis yang sangat tampak adalah anak ini sangat teratur, suka kerapian, seringkali saya jumpai mereka secara akademis adalah anak yang cerdas dan pandai.
Anak melankolis sangat suka “mengontrol” semuanya sendiri. Terkadang menentukan pakaian yang akan dipakainya, makan apa sore ini, dan sebagainya. Mereka terkadang suka mengingatkan kita, jika keluar kamar lampu dimatikan, tv atau laptop dimatikan.

Kemudian kepribadian yang satunya lagi adalah Plegmatis. Plegmatisadalah kepribadian yang suka melakukan segala sesuatu berdasarkan urutan yang telah diberikan, jika memang sudah begini ya begini tidak usah dipikirin yang lain lagi, yah pokoknya ikuti saja. Itulah plegmatis, tipe pengikut yang setia.
Dia bisa tahan duduk berjam-jam melakukan sesuatu berhari-hari, berminggu-minggu dan berbulan-bulan dimana itu tidak mungkin bisa dilakukan oleh seorang yang koleris ataupun seorang sanguin. Mereka tidak akan tahan duduk berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan melakukan satu hal yang sama berulang-ulang kali. Plegmatis sangat cocok melakukan itu semua, sangat setia dan bisa dipercaya untuk memegang rahasia. Itulah orang plegmatis, mereka sangat mudah diatur mereka sangat toleran.
Jika anda punya anak plegmatis, anda bisa mengatakan “nak sekarang makan ya”, “ya” kalau anda sibuk, anda bisa mengatakan “nak, sekarang Mama lagi sibuk, nanti aja makannya ya”, “iya” anak plegmatis tidak akan menuntut anda. Itu akan sangat berbeda dengan anak koleris “nak makannya nanti ya”, “tidak! Aku maunya sekarang” itulah anak koleris. Anak plegmatis biasanya cenderung diam dan mengalah. Mereka sering menghindari konflik dan seringkali merelakan peralatan tulisnya untuk dipinjam dan tak jarang terkadang merasa “tidak enak” untuk memintanya.

Sekarang anda telah mengetahui tipologi koleris, sanguin, melankolis dan plegmatis nah satu hal yang perlu kita ketahui adalah tidak ada satupun tipologi kepribadian ini yang lebih baik daripada lainnya. Artinya kita semua mempunyai kadar dari keempat tipologi kepribadian ini. Di dalam diri kita ada unsur melankolis, ada unsur plegmatis, ada unsur koleris dan ada unsur sanguin-nya. Hanya saja di bagian mana kita dominan dan itu yang membentuk kita, itu yang membedakan kita dari yang lainnya.
Nah variable atau kadar perbedaan dari setiap kepribadian ini membuat kita menjadi begitu unik. Tidak ada satu orangpun yang memiliki komposisi yang sama, semuanya begitu berbeda. Dan satu hal yang paling penting, adalah seperti yang tadi saya katakan bahwa tidak ada yang baik, tidak ada yang buruk disini. Yang ada adalah pada saat kita tidak menyadari berhadapan dengan siapa dan kemudian kita tidak bisa menjalin suatu komunikasi, itu karena kita tidak bisa memahami persepsinya.

read more
0 komentar

Cara Mengajarkan Anak Bersosialisasi Sejak Usia Dini



Memiliki teman atau sahabat adalah salah satu pondasi penting dalam kehidupan seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa seorang anak yang memiliki masalah dalam berinteraksi dengan teman sebayanya, cenderung mengalami guncangan emosi yang lebih besar dibandingkan anak yang memiliki banyak teman.
Dalam kondisi ekstrim, saat mereka dewasa guncangan emosi yang tidak dapat diatasi ini dapat menyebabkan tindakan vandalisme, kriminal, bahkan bunuh diri. Bagaimana dengan anak anda?
Apabila anda memiliki seorang anak yang pemalu, maka tidak ada salahnya jika anda mengajarkan cara bersosialisasi sejak dini. Kemampuan bersosialisasi ini sangat penting dalam masa tumbuh kembang anak, karena dengan bersosialisasi anak akan lebih mudah untuk mengembangkan karakternya.
Mungkin hal ini bukan masalah bagi sebagian anak yang terlahir dengan bakat pandai bersosialisasi. Tetapi bagi anak yang kesulitan bersosialisasi, hal ini dapat menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri dan susah bergaul dengan teman sebayanya.
Berikut ini ada beberapa cara yang dapat membantu anda untuk mengajarkan anak bersosialisasi sejak usia dini.
1. Menjadi Role Model
Anak seringkali mencontoh perilaku dan sikap dari orangtuanya. Oleh karena itu, setiap orangtua wajib menjadi role model yang baik bagi anak-anaknya. Dengan melihat bagaimana orangtuanya menyapa, berbicara dan bergaul dengan orang lain, hal ini akan membuat anak lebih mudah untuk bersosialisasi dengan teman-temannya.

2. Biarkan Anak Berekspresi
Berikan kesempatan pada anak untuk berkumpul bersama dengan teman-temannya, seperti mengikuti kegiatan pramuka, olahraga, atau kegiatan-kegiatan lain yang dapat mendorong bakat mereka. Anak akan sangat menikmati apabila mereka dapat menunjukkan bakat serta minatnya. Salah satu penyebab kurangnya rasa percaya diri pada anak, adalah karena anak tidak memiliki ruang untuk berekspresi.
3. Suasana Keluarga Yang Terbuka
Bangunlah suatu hubungan yang terbuka antara anak dengan orangtua. Salah satu caranya adalah dengan mengajak anak anda berkomunikasi tentang berbagai kegiatannya sehari-hari. Luangkan waktu untuk berbicara dengan anak anda sedikitnya dua kali dalam sehari, dan biarkan anak anda mengeluarkan isi hatinya. Hal seperti ini akan membuat anak berani untuk bertanya, minta pendapat, ataupun sekedar curhat saja.
4. Beraktivitas Dalam Kelompok
Ajak anak anda untuk bergabung dalam suatu komunitas atau tim olahraga yang sesuai dengan minatnya. Selain dapat mengasah bakat anak, kegiatan semacam ini juga dapat memberikan kesempatan pada anak untuk bergaul dan mendapat teman baru. Anak-anak biasanya sangat menyukai kegiatan seperti ini, karena itu carilah suatu kegiatan yang dapat dilakukan anak bersama dengan teman sebayanya.

5. Bermain Bersama
Bermain adalah salah satu cara untuk mengakrabkan diri dengan anak lain, dan dengan bermain anak menjadi lebih bebas dalam mengeluarkan ekspresinya. Ajak anak anda untuk sesekali bermain di luar rumah bersama teman-temannya, atau anda bisa meminta saudara sepupu atau teman dekatnya untuk menginap di rumah ketika liburan sekolah tiba.
6. Bangkitkan Rasa Percaya Diri Anak
Orangtua adalah orang yang paling tahu dan mengenal karakter anaknya, beserta dengan segala kelebihan dan juga kekurangannya. Karena itu bantulah anak anda untuk menemukan rasa percaya dirinya dengan cara berkomunikasi secara personal.
7. Etika Bergaul
Dalam pergaulan, anak harus diberikan pengertian untuk dapat menghargai orang lain. Dengan memiliki etika bergaul yang baik, anak tidak akan canggung untuk bergaul dengan teman sebayanya ataupun orang yang usianya jauh lebih tua.
8. Jangan Terlalu Protektif
Seringkali orangtua terlalu protektif terhadap anaknya, sehingga membatasi kesempatan anaknya untuk berinteraksi dengan orang lain. Biarkan anak anda belajar untuk melakukan segala sesuatunya sendiri, seperti menelepon temannya, bertanya kepada orang lain, atau membayar sendiri saat jajan.

9. Perhatikan Anak Anda
Agar dapat lebih memahami perilaku anak anda, penting bagi anda untuk memperhatikan mereka saat berinteraksi dengan orang lain. Jika anak anda pemalu, jangan terlalu memaksanya, tetapi bantulah dia untuk dapat membuka diri dengan teman-temannya. Dukungan dari orangtua sangat membantu anak untuk bersosialisasi.
10. Jelaskan Arti Teman
Berikan pemahaman pada anak tentang pentingnya mempunyai teman. Apabila anak anda memiliki pribadi yang tertutup, berilah mereka cukup waktu untuk membuka diri. Karena ketika mereka merasa nyaman, saat itulah mereka akan bersosialisasi dengan orang lain.
Demikianlah beberapa cara mendidik anak untuk bersosialisasi. Kemampuan bersosialisasi ini dapat dilatih sejak anak usia dini, sehingga nanti ketika dewasa mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.
read more
0 komentar

7 Cara Cerdas Dalam Memuji Anak





“Nanti dia besar kepala”
“Nanti dia tambah malas dan menyepelekan”
“Nanti dia jadi sombong”
“Nanti dia jadi arogan dan sok”
Mungkin kalimat itu adalah respon dari beberapa orangtua yang cukup berhati-hati dalam memberikan pujian kepada anaknya. Memang benar, apabila salah dalam memberikan pujian hasilnya bisa fatal. Pujian datangnya bukan hanya dari orangtua di rumah, tetapi bisa datang dari siapa saja, teman, guru, dan orang lain. Mereka semua bisa saja memberikan pujian yang salah. Apa fatalnya?
Cara yang salah dalam memberikan pujian bisa membuat anak menjadi malas, bahkan menjadi haus pujian. Hal ini bisa juga menjadi motivasi tersembunyi anak untuk melakukan apa saja demi pujian, dan jika tidak mendapatkan pujian seperti yang diharapkan maka bisa bermacam-macam variasi akibatnya, misalnya marah, frustasi, dan kecewa.

Jika pola ini terus terjadi dalam diri anak, maka hidup terasa sangat berat, dan tidak bersahabat bagi dirinya. Pujian akan terasa di hati, dan ini berbeda dengan makanan yang terasa enak di lidah. Karena terasa di hati, maka orang tidak bisa tahu apa kebutuhan hati anak (perasaan seseorang), karena isi hati manusia siapa yang tahu, dan ini tidak terlihat. Jika sudah sangat fatal, yang tampak adalah luapan emosi yang meledak dahsyat, misal menangis, berteriak, mengurung diri, dan sikap agresif lainnya.

Pada tugas terakhir, kedua kelompok kembali diberi puzzle yang mudah seperti pada tugas pertama. Dan hasilnya terjadi peningkatan nilai sebanyak 30% pada kelompok anak yang dipuji akan usahanya, namun secara mengejutkan terjadi penurunan nilai pada kelompok anak “cerdas”.
Anak-anak dari kelompok itu mengasumsikan bahwa kegagalan hanya akan membuktikan bahwa diri mereka sama sekali tidak cerdas. Mereka tidak dapat merespons kegagalan secara baik dan positif. Kegagalan menyebabkan mereka menjadi ter-demotivasi.
Kini anda tidak perlu melakukan penelitian untuk membuktikan bahwa ada bahaya dalam memberikan pujian yang salah bukan? Lalu bagaimana yang benar? Pujilah PROSES bukan HASIL, pujilah UPAYA dan USAHA. Jika dia mendapatkan nilai 100 dalam ujian matematika, sebaiknya pujilah dengan “Hebat ya kamu, itu adalah hasil belajar disiplin kamu yah”, bukan “Hebat, nilai 100 itu baru anak mama, pintar kamu”.
Spesifik, pujian sebaiknya jelas dan detil. Misalnya “Cara kamu memakai baju bagus dan rapi, bajumu tidak terlihat kusut.” atau “Gambarmu bagus, mama suka dengan pilihan warnanya.”

Spontan, berikan pujian yang sehat kepada anak setiap saat untuk memunculkan karakter baik. Misalnya “Kamu rajin ya, setiap jam 7 malam PR dan tugasmu sudah selesai semua.”
Tidak ada pesan tersembunyi, pujian tidak dilakukan untuk menyindir orang lain, atau memanding – bandingkan. Misalnya “Kakak hebat deh juara paduan suara, adik belajar kaya kakak supaya juara nyanyi, kan keren kalau nanti bisa tampil di depan.”
Fokuskan pada keuntungan diri sendiri, arahkan pujian pada keuntungan dia memiliki sikap yang baik. Misalnya “Kamu rajin ya, jadi nanti kalau mau ada ujian kamu sudah siap, atau jika ada tes mendadak kamu sudah siap.”
Tidak memanipulasi, gunakan pujian dengan tepat, bukan untuk keuntungan orang lain. Misalnya “Anak cantik bisa tolong ambilkan handphone papa?”
Puji akan usahanya bukan hasilnya. Misalnya “Kamu tadi belajar pakai baju renang sendiri ya, hebat kamu” atau “Hei nak, tadi ayah melihat kamu membersihkan kotoran yang di ujung meja, hebat kamu mau belajar membersihkan.”

Semoga bermanfaat.
read more
0 komentar

Pemecahan Rekor Muri Tahun 2016






































read more
Free Website templatesSEO Web Design Agencyfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates